RINDU NATAL
Tahun
ini saya merayakan Natal di New Zealand. Ini pertama kalinya saya merayakan Natal
di luar negeri, jauh dari keluarga dan teman-teman. Perayaan Natalnya cukup
khidmat namun masih kalah dengan perayaan Natal Indo. Kebanyakan masyarakat memandang
Natal sebagai liburan, di mana mereka bisa menghabiskan beberapa hari dari
liburan tersebut untuk berkumpul bersama keluarga atau BBQ-an bersama bersama
di pantai atau di alam bebas. Tidak ada kunjungan rumah ke rumah untuk
menyampaiakn salam Natal, kalaupun ada, itu hanya sebatas keluarga dekat saja.
Ah.....saya jadi ingat dan rindu dengan dengan Indonesia, rindu dengan masa
kecil ketika merayakan Natal di kampung halaman.
Dulu
waktu masih duduk di bangku SD, masa Natal adalah saat-saat yang sangat membahagiakan. Biasanya liburan Natal
bersamaan dengan liburan semester sekolah. Waktu liburan kurang lebih dua
minggu sudah lebih dari cukup bagi kami untuk mengisi masa Natal dengan beragam
aktivitas khas anak-anak, sperti memancing, bermain kelereng, gambar, gasing,
bal-balan sambil bertaruh karet atau gambar dan masih banyak lagi. Dari semua
kegiatan ini, satu yang paling tidak pernah kami lewatkan dan selalu kami
tunggu adalah bermain meriam bambu. Beberapa
minggu menjelang Natal, bersama teman-teman kami akan mencari bambu yang
berukuran besar untuk dibuatkan meriam, bagi kami, semakin besar ukuran
sebatang bambu semakin besar pula dentuman atau bunyi yang dihasilkannya.
Puncak
dari perayaan Natal bagi kami adalah ketika pada tanggal 25 Desember malam kami
berkumpul bersama untuk menyampaiakan salam Natal. Sambil menyannyikan lagu
natal kami mengunjungi setiap keluarga di wilayah kami untuk berbagai damai
Natal. Meski terkadang motivasi utama kami hanya untuk mendapatkan kue atau
permen natal, namun tradisi ini sudah menjadi sebuah kebiasaan yang kami
tunggu-tunggu. Kami tidak akan pernah melewatkan tradisi ini, mengunjungi
rumah-rumah untuk bersalam-salaman.
Zaman
di mana belum ada HP canggih seperti sekarang ini kami selalu menghabiskan
waktu untuk bermain bersama. Semuanya berlangsung dalam kebersamaan. Tanpa
teman, sebuah permainan tidak akan menarik. Terkadang kami harus bolos tidur
siang demi berkumpul brsama teman-teman lain. Bagi kami, kebersamaan adalah
segalanya. Suatu yang terkadan sulit ditemukan saat ini di mana semua sudah
tersedia dalam sebauh alat yang bernama HP. Orang menjadi enggan untuk
berkumpul dan bersosialisasi densgan sesamanya. Itulah secuil kisah Natal saya
waktu kecil, waktu masih di bangku SD. Ah....jadi rindu masa itu, masa di mana
semuanaya berlangsung dalam kebersamaan.
Natal
terakhir di Indonesia saya rayakan di Jogja. Biasanya selai misa malam Natal
kami berkumpul di ruang rekreasi untuk berbagi kegembiraan Natal, bernyanyi
bersama diiringi gitar dan kybor oleh beberapa teman sambil bercerita banyak
hal seputar Natal. Sambil bernyanyi dan bercerita kami juga mempersiapkan BBQ.
Biasanya kegiatan ini akan berakhir jam 2-3 dinih hari.
Komentar
Posting Komentar