It just about feeling man....
Suatu hari ketika membersihkan
Laboratorium Musik Seminari San Dominggo Hokeng, saya melihat beberapa gitar
yang tidak lagi memiliki senar, sayapun tergerak untuk membersihkan. Saya
kemudian berpikir untuk melengkapi beberapa gitar tersebut dengan senar baru.
“Mungkin saja bisa digunakan oleh siswa Seminari untuk berlatih mengembangkan
bakat mereka” guman saya dalam hati. Benar saja, setelah gitar-gitar tersebut
saya lengkapi dengan senar yang baru banyak siswa seminari yang kemudian
berebut untuk berlatih. Antusias mereka untuk berlatih mengingatkan saya akan
pengalaman ketika saya pertama kali berlatih musik.
Feeling terasah lewat latihan yang rutin |
Pengalaman ini terjadi ketika saya
tinggal di Asrama Pewarta Injil (API) Pada Dita Waingapu, Sumba Timur. API
adalah sebuah asrama yang dikelolah oleh Kongregasi Redemptoris (CSsR). Saking
besarnya keinginan untuk bisa bermain gitar dan organ saya harus rela berlari
dari sekolah menuju asrama agar memiliki waktu yang cukup untuk berlatih. Waktu
tempuh yang tadinya 30 menit menjadi 10-15 menit. Dengan demikian saya punya
waktu sekitar 10-15 untuk berlatih gitar dan organ.
Hal
yang hampir sama juga terjadi jika saya dan teman-teman ingin berlatih gitar,
khususnya pada malam hari usai makan malam. Biasanya, begitu doa penutup santap
malam selesai kami akan berlari berhamburan menuju ruang musik atau ruang
rekreasi berebut beberapa gitar yang tersedia. Akibatnya, beberapa teman yang
juga ingin berlatih namun terlambat harus bersabar dan menahan diri, atau tidak
menunggu belas kasih dari teman lain. Selama latihan kami sering
didampingi oleh teman-teman yang sudah mahir. Biasanya kami memainkan gitar sambil
menyanyikan satu dua lagu. Ketika kami melakukan kesalahan atau merasah jenuh, kami
akan dimotivasi oleh teman-teman lain untuk tidak cepat putus asah. Mereka
tidak jenuh mendorong kami untuk terus berlatih, salah satu yang mereka
tekankan adalah berlatih terus menerus sehingga kemudian dapat memainkan alat
musik tersebut untuk mengiringi sebuah lagu dengan feeling. Bagi mereka dengan feeling bararti kita sudah bisa
memahami bagaimana sebuah lagu dimainkan, baik itu teknik memainkannya ataupun chord apa saja yang digunakan untuk
lagu tersebut. Feeling yang baik akan membantu kita memainkan sebuah lagu
dengan sendirinya.
Agar bisa mendapatkan feeling yang baik maka
perlu perjuangan yang tidak sedikit untuk berlatih secara tekun dan juga
tentunya tidak cepat putus asah apalagi cepat berpuas diri. Kemauan keras untuk
berlatih dan didukung dengan disiplin yang tinggi akan menjadikan kita mahir
memainkan alat musik tersebut. Semakin kita mahir dalam memainkan sebuah alat
musik seperti gitar atau organ, feeling kitapun akan semakin terasah. Feeling
yang baik akan membantu kita untuk membawakan sebuah lagu dengan penuh
penjiwaan. Makanya tidaklah mengherankan seseorang yang menyanyikan sebuah lagu
dengan feeling yang luar biasa, akan tampak begitu menikmati setiap dinamika
dari lagu tersebut.
Saking
seringnya mendengar kata “Feeling”, saya kemudian tertarik untuk mencari arti
kata tersebut. Ternyata jika
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kata feeling berarti “perasaan” atau
“daya perasaan”. Melirik dari arti kata ini, saya kemudian berguman “Tidak
salah apa yang dikatakan oleh teman-teman saya dulu, untuk berlatih dengan
tekun agar bisa memainkan sebuah alat musik dengan feeling”. Feeling yang bagus
akan mempermuda kita untuk membawakan sebuah lagu. Dengan feeling yang sudah
terasah kita dengannya sendiri akan tahu kapan sebuah lagu harus dibawakan
dengan tempo yang cepat atau lambat, atau kapan sebuah lagu dibawakan denngan
keras dan lembut. Feeling yang yang diasah terus menerus membuat kita dengan muda
memahami bagimana seharusnya membawakan sebuah lagu dengan benar.
Dengan
lain kata, jika feeling kita sudah terasah dengan sempurna, itu berarti kita
sudah sampai pada tahap di mana kita sudah menyatu dengan alat musik tersebut.
Perasaan yang menyatu dengan alat musik tersebut nampak dari cara kita kita
memainkan sebuah alat musik. Saking kuatnya feeling, kita dengan sendirinya
akan tahu kapan sebuah lagu harus dibawakan dengan irama yang menghentak dan
kapan harus dimainkan dengan irama yang lembut dan tenang. Feeling yang kuat
tidak hanya berdampak pada cara kita memainkan alat musik tersebut, tetapi juga
berdampak pada orang lain, khususnya mereka yang berada di sekitar kita, yang mendengarkan
kita memainkan alat musik tersebut. Di sini kita tidak hanya memiliki “daya
perasaan” yang menyatu dengan alat musik dan lagu tetapi juga dengan orang lain
yang mendengarkan kita berdendang.
Sadar
betapa feeling memiliki kekuatan yang luar bisa, saya kemudian membayangkan
bagimana jika feeling yang berarti perasaan atau daya perasaan ini juga
dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupan bersama entah itu dalam lingkup yang
kecil seperti dalam lingkungan keluarga, komunitas, maupun dalam lingkup yang
lebih besar seperti lingkungan masyarakat dan negara. Khususnya lagi dalam
konteks keberadaan kita sebagai warga negara Indonesia yang sangat beragam yang
terdiri dan berasal dari latar belakang suku, budaya dan agama yang juga
berbeda.Saya yakin, di sana tidak ada akan lagi yang namanya perselisihan dan
pertengkaran yang mengatasnamakan kepentingan suku dan agama yang menodai indahnya
harmoni kebersamaan yang sudah lama tercipta. Dengan feeling, setiap orang akan
dengan mudah memahami apa yang menjadi kepentingan orang lain.
Namun,
seperti yang saya utarakan di awal tulisan ini, agar mendapatkan feeling yang
kemudian bisa menyatukan kita dengan orang lain dalam lingkungan tempat kita
berada dan kemudian berdampak dari adanya saling pengertian dibtuhkan
perjuangan yang tidak sedikit. Namun itu bukan mustahil untuk dicapai jika kita
memiliki kemauan dan hasrat yang kuat yang timbul dari dalam hati untuk
berjuang menciptakan suatu tatanan kebersamaan yang dipenuhi dengan harmoni
keindahan dan kedamaian. Karena jika kita sudah terbiasa mengasah feeling kita,
maka seperti seorang pemusik yang tahu bagaimana memperlakukan alat musiknya,
kita juga akan tahu dan sadar bagaimana membawa diri dan memperlakukan orang
lain dalam keberagaman dan kebersamaan lingkungan keluarga, komunitas dan
masyarakat.
Feeling
yang kuat akan memampukan kita memahami kebutuhan orang lain. Ketika teman atau
tetangga kita bersedih akibat satu dan lain hal, kita dengan dengan cepat bisa
memahami apa yang menjadi kebutuhan tentangga kita. Atau dalam lingkup komunitas kecil, seperti
keluarga atau biara, dengan feeling kita dengan sendirinya menjadi sadar kapan
saya harus diam dan kapan saya bisa berteriak. Dengan feeling saya berarti
menghormati orang lain, Itu berarti saya tahu kapan saya harus mengganggu orang
lain serta kapan saya harus menghormati privasi orang lain. Bukan hanya dalam
komunitas atau masyarakat, dalam banyak hal, kita akan mudah memahami
kepentingan dan kebutuhan orang lain. So, “It just about feeling man....”
Komentar
Posting Komentar