KERJASAMA,,,,,
Dalam pertandingan sepak bola, kerja
sama tim merupakan salah satu poin penting yang ditekankan oleh pelatih. Tanpa kerja
sama, mustahil sebuah tim akan meraih kemenangan. Saking pentingnnya kerja sama
tim, sampai-sampai pelatih sekelas Pep
Gurdiola tidak ragu untuk mendepak Ronaldinho, Deco dan Etoo dari tim utama
Barcelona. Padahal sebelum Pep menukangi Barcelona, ketiga pemain ini merupakan
sosok yang tidak tersentu dan tidak tergantikan dalam tim utama Barcelona.
Hampir pasti, dalam setiap pertandingan yang dilakoni oleh Bercelona, nama
Deco, Ronaldinho dan Etoo akan menghiasi starting
line up.
Tidak diragukan lagi, Deco,
Ronaldinho dan Samuel Etoo adalah bintang lapangan. Mereka adalah sosok pemain
yang memiliki skill individu mumpuni pada posisinya masing-masing. Ketika sepak
bola modern menuntut setiap pemain mampu melakoni lebih dari satu posisi,
Ronaldinho dan Deco adalah tipe gelandang yang bisa masuk dalam kategori ini,
mereka tidak saja berperan sebagai palymaker yang lihai dan jelih dalam
melepaskan umpan matang, namun juga merupakan pencetak gol handal. Sedangkan
Etoo, posisi dan kualitasnya sebagai striker utama tidak diragukan lagi. Dia
adalah tipe pemain yang sangat garang di depan gawang lawan. Didukung dengan
fisik dan skill yang mumpuni, Etoo merupakan penuntas umpan-umpan matang yang
dilepaskan oleh Deco dan Ronaldinho menjadi gol.
Namun ketika Pep Gurdiola ditunjuk
oleh managament untuk menjadi pelatih utama menggantikan Frank Rikjard, atas
nama sepak bola indah yang mengedepankan kerja sama yang terurai dalam sebuah
permainan tiki-taka, perlahan tetapi
pasti mulai terjadi perubahan dalam tubuh Barcelona, mulai dari Deco,
Ronaldinho, dan kemudian Etoo, satu demi satu pemain yang dulunya adalah pemain
utama mulai terdepak karena tidak masuk dalam rancangan dan skema permaian yang
diusung oleh Pep Gurdiola. Angin perubahan yang dibawa oleh Pep berhembus
perlahan namun pasti menimpah pemain-pemain bintang yang memiliki skill
individu yang sangat yahud. Ronaldinho dan Deco yang tadinya merupakan
pemain-pemain utama mulai ditinggalkan oleh sang entandor muda ini. Dengan
ide yang sangat berlian yang mengedepankan penguasaan bola yang dikenal dengan
sitilah tiki-taka, sang pelatih yang
baru saja dipromosikan dari Barca B mulai memakai jasa pemain-pemain binaan
akademi La Masia. Dalam konteks ini,
Xavi dan Iniesta serta Puyol dan Valdes menjadi mentor bagi pemain-pemain muda
seperti Messi, Pique, Basquets serta Tiago Alcantara.
Revolusi tiki-taka Pep Gurdiola yang mengedepankan pengusaaan bola
mengharuskan setiap pemain untuk senantiasa bergerak dan berlari mencari ruang
dan membuka ruang bagi pemain lain untuk memberikan umpan atau menggiring bola
harus didukung oleh organisasi dan kerja sama tim yang juga mumpuni. Skema yang
diusung oleh sang entanador menuntut
setiap pemain untuk senantiasa bertanggung jawab terhadap kepentingan tim.
Kepentingan tim harus senantiasa dikendepankan.
Ketika tim kehilangan bola, setiap pemain dituntut untuk merebut kembali
boa tersebut, namun jika tim menguasai bola, maka setiap pemain harus
bertanggung jawab untuk melindungi bola tersebut. Skema seperti ini kemudian
menjadi nyata dari cara tim Barca memainkan setiap pertandingan, mereka tidak
saja unggul dalam ball possesion,
namun perlahan tapi pasti mereka dengan sangat cepat akan membunuh setiap
tim lawan lewat gol-gol spekatakuler
hasil kerja sama tim yang luar biasa.
Skema yang diterapkan oleh Barcelona
tentunya tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin sang pelatih. Bagi seorang
Pep, skill individu yang mumpuni tidak akan berarti jika tidak didukung oleh
kerja sama tim. Seorang Messi bisa mencetak lebih dari satu gol dalam setiap
pertandingan karena didukung oleh pemain-pemain lain mulai dari Kiper, bek
hingga gelandang. Karena tanpa didukung oleh pemain-pemainyang handal dan dapat
diandalkan pada posisnya masing-masing, mustahil sebuah tim memenangi
pertandingan. Itulah mengapa seorang Gurdiola berani mendepak pemain seperti
Ronaldinho, Deco dan Etoo. Status mereka sebagai bintang lapangan justru
menjadi bumerang yang merugikan tim. Akibat dieluh-eluhkan penonton mereka akan
semakin mempertontonkan skill individu yang justru merugikan kepentingan tim.
Padahal esensi sepak bola adalah permainan tim.
Para Frater Redemptoris Menampilakn Tarian Kataga |
Dalam ranah yang lebih jauh lagi,
masyarakat misalnya, tatanan kehidupan yang terjadi dalam lingkup masyarakat
akan sangat ditentukan oleh kerelaan masing-masing orang untuk memberi diri
bagi masyarakat. Kerelaan setiap orang untuk bersinergi dengan individu lain
akan membentuk sebuah masyarakat yang kompak dan padu serta semakin solid. Jika
sinergi dan kekompakan sudah tumbuh dan hidup dalam masyarakat tersebut, maka
dapat dipastikan masyarakat tersebut tidak akan mudah terpengaruh dengan
isuh-isuh murahan yang bertujuan untuk mengadu domba masyarakat. Sebaliknya,
isu-isu tersebut justru menjadikan masyarakat semakin solid dan kuat.
Dengan demikian, seumpama sebuah tim
sepak bola yang keindahan permainannya ditentunkan oleh kekompakan tim, maka
keindahan tatanan atau kehidupan sebuah lingkup komunitas dan masyarakat juga
ditentukan oleh masing-masing anggotanya. Semakin banyak anggota yang menyadri
tugas dan pangggilan serta tanggung jawabnya maka komunitas tersebut akan
semakin berkembang menjadi komunitas yang hidup dan berwarna. Pertanyaannya
bagi kita, apakah kita sudah memberi diri bagi komunitas atau masyarakat?
Sejauh mana kita telah berkontribusi bagi kepentinagn komunitas atau
masyarakat? Atau,jangan-jangan kita justru adalah pribadi yang acuh terhadap
komunitas bahkan merusak tatanan komunitas yang ada?
Komentar
Posting Komentar