HARTA



Rakyat atau kita sendiri mungkin tak habis pikir, bagaimana bisa seorang yang menamakan dirinya wakil rakyat, telah memiliki harta kekayaan beratus-ratus miliar, masih saja berusaha untuk terus meningkatkan kekyaanya dengan beragam sepak terjang. Sementara itu, ada banyak penduduk Indonesia yang masih hidup di bawa garis kemiskinan.
Bagi sebagaian besar kita, membayangkan uang berpuluh-puluh milyar itu saja sulit, apalagi memahaminya. Kita menyadari betapa harta dapat membawa manfaat bagi mereka yang membutuhkannya untuk hidup lebih baik, tetapi juga bisa menjerumuskan orang ke dalam jurang kehancuran bila mana tidak dikelolah dengan nilai-nilai yang tepat. Beragam kejadian dan peristiwa yang sajikan berbagai media menunjukkan bahwa mengolah harta tidaklah mudah.
Anak-anak muda yang bergelimang harta bingung kehilangan arah sehingga sibuk mencari penyaluran adrenalin ataupun aktualisasi diri yang bisa dibeli. Harta bisa membelokkan kebenaran, harta juga bisa menaikan atau menurunkan wewenang jabatan. Harta juga bisa membuat nyawa manusia seolah-olah tidak berharga. Mengapa masih ada orang yang bisa melihat uang dan harta dengan radar yang masih baik, semenatara ada orang lain yang kalap dalam memperoleh maupun mengeluarkannya? Bahkan, dalam beramal pun, caranya bisa jadi sangat sepat dipandang mata.
            Bila dilihat secara hierarkis kebutuhan Maslow, pencapaian kebutuhan sekelompok orang memang bisa dicapai dengan harta. Aktualisasi diri lewat hobi mengumpulkan kendaraan, beragam barang seni yang tidak karuan nilainya, sering dilakukan para hartawan. Membanjiri teman dengan berbagai hadiah yang tak ternilai, seperti merayakan pernikahan secara berlebihan diharapkan bisa memenuhi kebutuhan afeksi dengan menambah jumlah teman. Dengan harta, orang merasa bisa berbuat apa saja du dunia ini. Sebaliknya, dengan harta yang berlimpah ada juga orang yang berusaha tetap menjadi pribadi yang membumi, yang pedulu dan memberi perhatian kepada sesamanya yang membutuhkan bantuan.
Jean Koum, pencipta perangkat lunak WhatsApp, melakuka transaksi 19 milyar dolar AS dengan penandatanganan kontrak kesepakatan pada sebuah tempat yang berjarak 5 langkah dari gedung dinas sosial yang membagikan makanan gratis ketika ia miskin. Hal ini secara mental membuat Jan tetap merasakan kehidupan nyata. Ia disadarkan bahwa uang sebanyak itu ternyata juga tidak bisa digunakan untuk menghidupkan kembali ibunya yang meninggal karena penyankit kanker yang diderita ketika masih hidup serba kekurangan. Pada akhirnya, harta tidak akan membuat indivdu bebas dari takdirnya seperti ketika maut datang menjemputdan sering tidak relevan dengan kebahagiaan yang dirasakan.
Harta yang katanya tidak bisa habis tujuh keturunan pun bisa saja musna dalam sekejap. Oleh karena itu, orang tua kita yang bijaksana mengatakan bahwa yang perlu diwariskan adalah sikap mental alias komptensi dan kapitas untuk berjuang dalam keadaan sulit apa pun. Sebagai mahkluk waras dan berpendidikan pernakah kita berpikir akan manfaat harta bagi komunitas yang lebih luas? Sadarkah kita bahwa uang yang kita pakai untuk membeli barang mewah seharga ratusan juta rupiah,  bisa bisa juga cukup untuk membeli bagi seluruh murid sebuah sekolah? Pernakah kita berpikir tentang kesulitan upaya pemerintah untuk menjamin kesehatan seluruh rakyat Indonesia secara merata?
Max
Max Zuckerberg-Chan dilahirkan sebagi putri seorang milyader yang sangat kaya. Kelahirannya membuat orang tuanya, Mark dan Priscilia Zuckerberg berbahagia, sekaligus berpikir tentang masa depar Max dan teman-temanya, generasi masa depan. Dalam suratnya, Mark menulis unek-unek serta kekewatiran yang ia pesankan kepada putrinya sebagai bekal untuk meneruskan hidup. Pesan yang juag relevan untuk kita semua mengenai betapa banyak penyakit yang belum ditemukan pengobatannya sertta betapa banyak orang anak yang belum mendapatkan kesempatan belajar yang pantas dan layak.
Mark juga mengajak kita untuk melihat masa depan ketika energi kian diperlukan sehingga perlu memikirkan cara untuk menemukan energi yagn murah dan tidak memberatkan orang miskin dan terpencil. Dalam suratnya, Mark mengatakan apresiasi tentang kemajuan teknologi dan penurunan tingkat kemiskinan, tetapi ia tetap berharap akan lahirnya khidupan yang jauh lebih baik: “Can you learn and experience 100 times more than we do today? Can our geneation cure disease so you live much longer and healthier lives? Can we connect the world so you have access to every idea, person and opportunity?..”
Pasangan Mark dan Priscilia sangat menyadari bahwa menemukan obat ataupun melakukan penemun tentang penghematan energi akan memakan waktu yang sangat lama dan juga biaya yang tidak terbilang, tetapi bila masala kemanusiaan yang penting ini tidak diinisiasi dari sekarang, generasi yang datang akan mengalami kemunduran. Oleh karena itu, ia berani menginvestasikan sebagian besar kekayaannya untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi banyak orang. Manusia tidak perlu merasa kaya, tetapi ia harus merasa cukup. Bukan kita semua setuju dengan pernyataan ini? Dan, bukankah kita yang mungkin berkelebihan yang berenang dalam harta juga bisa belajar dari pasangan muda ini? Dan, bukankah ini yang namanya “kaya” dalam arti yang sebenrrnya.

Komentar

Postingan Populer