ORBITUARI IMAM REDEMPTORIS (C.Ss.R) INDONESIA


1.      P. Hendrik Berybe, C.Ss.R
Nama lengkapnya P. Hendrikus Noa Beribe, C.SsR. pater Hendrik lahir di Noa/Kempo, Manggarai pada tangggal 1 Mei 11951. Setelah menamatkan pendidikan dari Seminari Kisol (1971), ia melamar ke Kongregasi Redemptoris. Ia mengikrarkan kaul pertama pada tanggal 16 Januari 1977 dan pada tanggal 16 Maret 1981, bersama P. Yulius Luli Tede Making, C.Ss.R mengikrarkan kaul kekalnya di Weetebula. Pada tanggal 12 Juni 1981 ia ditahbiskan menjadi imam di Weetebula.
Riwayat karya. Setelah tahbisan, P. Hendrik diangkat dan ditugaskan menjadi bapak asrama di Pada Dita (1981-1983), Socius dan Tutor WSP (1 November 1983), berkarya di Homba Karipit (15 September 1984), PJS PUSPAS (1985), studi di Roma (1987-1994), kembali ke WSP (1995), Pastor Pembantu Pasar Minggu dan Pastor Mahasiswa KAH unit Jakarta Timur (1996-1998) dan Pastor Pembantu Paroki St. Leo Agung dan berasistensi di Paroki Kampung Sawah Jakarta (15 September 1998).
Pada tanggal 14 November 1998, bertempat di Pastoran Paroki Jatibening Jakarta, dalam usia 47 tahun, P. Hendrik meninggal dunia. Saat itu, ia masih terhitung ditugaskan di WSP, Yogyakarta. Ia dimakamkan di makam C.Ss.R Nandan, Sleman, Yogyakarta.
2.      P. Moses Beding, C.Ss.R
Nama lengkapnya P. Moses Hodehala Beding C.Ss.R. Pater Moses lahir pada tanggal 20 Maret 1942 di Lamalera, Lembata. Ia mengikrarkan kaul pertama dalam Kongregasi Redemptoris pada tanggal 16 Oktober 1969 di Weetebula. Ia ditahbiskan menjadi imam di Hennef, Geistingen, Keuskupan Koln pada tanggal 12 Juli 1969 oleh Mgr. Vitus Chang.
Setelah ditahbiskan, P. Moses banyak berkarya di Sumba, antara lain: Pastor Pembantu Paroki St. Petrus dan Paulus Waikabubak (1970), Pastor Paroki Sang Penebus Wara (1972-1981), Asrama Sinar Buana (15 Juli 1981), Magister Novisiat (14 Juni 1982-10 Mei 1986), berkarya di Paroki St. Maria Homba Karipit (1986-1994), Rumah Retret St. Alfonsus Weetebula (1994-1998), ketua Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Weetebula (1998-2007) dan menjadi PJS Paroki Lewa (2000)
Pada tanggal 1 Juni 2007, P. Moses meninggal dunia di Rumah Sakit Bukit Lewoleba, Lembata, dalam usia 65 tahun dan dimakamkan di kampung halamannya Lamalera. Ia merupakan salah satu Redemptoris yang banyak menulis dan menerjemahkan buku.
3.      P. Franz Pfister, C. Ss.R
Nama lengkapnya adalah Pater Franz Pfister, C.Ss.R. Pater Franz lahir di Trier, Jerman pada tanggal 14 Februari 1938. Ia mengikrarkan kaul pertama sebagai Redemptoris di Trier pada tanggal 25 Maret 1961 dan kaul kekalnya di Hennef pada tanggal 30 Juli 1964. Ia ditahbiskan menjadi imam di Hennef, Jerman pada tanggal 30 Juli 1966 oleh Mgr. Jos. Kord. Frings, setelah terlebih dahulu menyelesaikan studi teologinya di sana.
Pada tanggal 16 Juni 1968, Pater Franz tiba di Tanjung Priok, Indonesia. Ia tiba di Weetebula pada tanggal 30 Juli 1968. Ia berkarya di Weetebula (1968-1969), Waingapu (Oktober 1969-Juli 1981), Weetebula (1981), Vice Propinsi Weetebula (1981-1994), tinggal dan menjadi Superior Komunitas Wanno Gaspar (1994) lalu diangkat sebagai pendamping imam muda, jurus arsip, dokumentasi dan informasi Propinsi, pembimbing TOPER, Socius Novisiat (1996), lalu pindah ke Yogyakarta menjadi pendamping para frater (1999), penghubung sekretariat General “de Formatione” (2002-2005) pada masa kepemimpinan P. Edmund Woga, C.Ss.R sebagai Propinsial C.Ss.R Indonesia saat itu.
Pater Franz meninggal pada tanggal 27 Januari 2009 di Yogyakarta dan dimakamkan di makam C.Ss.R Yogyakarta. Pater Franz dikenal sebagai sosok yang sangat hobi bermain musik dan sepak bola.
4.      P. Gerardus Paulus Nono, C.Ss.R
Nama lengkapnya Pater Gerardus Paulus Nono, C.Ss.R. ia lahir di Weetebula pada tanggal 28 Juli 1970. Setelah tamat dari SMAK Anda Luri, Pater Gera melanjutkan pendidikan di KPA Mertoyudan. Setelah itu, ia melamar ke Redemptoris dan diterima oleh P. Franz Pfister, C.Ss.R (Vice-Provincial) untuk memulai tahun Novisiatnya pada tanggal 6 Juli 1992. Ia kemudian mengikrarkan kaul pertama pada tanggal  7 Juli 1993 di Wanno Gaspar, dan kaul kekal pada tanggal 12 Agustus 1999 di Wanno Gaspar. Setelah menyelesaikan pendidikan dan formasi di Kentungan dan setelah ditahbiskan menjadi Diakon, Pater Gera ditahbiskan menjadi imam pada hari Selasa, tanggal 1 Agustus 2000, di Seminari Sinar Buana oleh Mgr. G. Kherubim Pareira, SVD, Uskup Weetebula.
Pada tanggal 1 September 2000-23 November 2003, Pater Gera diangkat dan ditugaskan menjadi Pastor Kaplan di Paroki Elopada. Kemudian terhitung mulai tanggal 23 November Pater Gera berkarya sebagai misionaris umat dan tinggal di Wanno Klemens. Dalam rapat Dewan Propinsi tanggal 24 Oktober dan 26 November 2007, dibentuk team II Misionaris Umat di Keuskupan Larantuka dan Pater Gera diminta menjadi anggota team II tersebut. Terhitung mulai tanggal 14 Januari 2008 Pater Gera bertugas sebagai misionaris umat di Larantuka dan menetap di Biara St. Alfonsus Waitiu. Sejak bulan Januari 2010, Pater Gera ditugaskan untuk menjadi Pastor Kaplan di Paroki St. Klemens Katikuloku.
Pater Gera meninggal dunia pada tanggal 22 Agustus 2010 di Pastoran Katikuloku. Ia kemudian dimakamkan di makam C.Ss.R Wanno Gaspar.
5.      P. Paul Hasler, C.Ss.R
Nama lengkapnya Pater Paul Hasler C.Ss.R. Pater Paul berasal dari Glatz, Schlesien, Keuskupan Breslau, Jerman. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah pada Seminari Collegium Josefinum Bonn, Westfalen (1951-1959), ia melajutkan studinya ke Seminari Tinggi Gestingen dari tahun 1960-1966. Ia kemudian bergabung menjadi anggota Redemptoris dan mengikrarkan kaul pertama di Trier pada tanggal 25 Maret 1960. Setelah tiga tahu, pada tanggal yang sama, ia mengikrarkan kaul kekalnya di Gestingen. Pada tanggal 2 Agustus 1965, Pater Paul ditahbiskan menjadi Imam di Gestingen oleh Mgr. Ferche.
Pater Paul kemudian diutus ke Indonesia sebagai misionaris. Ia menjadi Pastor Paroki Lewa/Langgaliru (20 November 1968-27 September 1970), Pastor Paroki Weetebula (27 September 1970), Pembantu di Seminari Pada Dita (Agustus-Desember 1967), PJS Pastor Paroki Weetebula (1968), Pastro Paroki Weetebula (1961-1991), Socius WSP (1991-1 Maret 1993), menjalani tahun sabat 91993-1994) dan terakhir menetap dan bertugas di Rumah Retret St. Alfonsus Weetebula (1994-2011).
Pater Paul meninggal dengan tenang di tempat duduknya saat makan di meja makan Konventu Weetebula pda tanggal 26 Maret 2011. Ia kemudian dimakamkan di makam C.Ss.R Wanno Gaspar. Istilah terkenal yang selalu membuat dia begitu bersemangat dan membuat orang tersapa adalah: “Engkau berharga di mataku”.
6.      P. Yulius Luli Tedemaking, C.Ss.R
Nama lengkapnya Pater Yulius Luli Hada Tedemaking, C.Ss.R. Pater Yulius lahir di Waipukang-Lembata pada tanggal 16 Agustus 1948. Setelah menamatkan pendidikan pada Seminari San Dominggo Hokeng (1961-1968), ia kemudian menjalani tahun perkenalan di Asrama Sinar Buana Weetebula (12 Desember 1968-12 November 1969).
Terhitung mulai tanggal 15 Januari 1970-15 November 1976, ia menjalani studi di Fakultas Teologi Weda Bhakti, Kentungan, Yogyakarta. Ia kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 15 Desember 1976 di Weetebula oleh Mgr. Gregorius Monteiro, SVD. Karena keinginannya yang kuat menjadi Redemptoris, maka setelah tahbisan ia menjalani novisiatnya di Elopada, Wewewa Timur terhitung mulai tanggal 16 Januari 1977 hingga tanggal 15 Januari 1978 sekaligus kaul pertamanya. Ia kemudian mengikrarkan kaul kekalnya pada tanggal 16 Maret 1981 di Weetebula.
Berikut adalah riwayat karya dari Pater Yulius. Dari tahun 1973-1978 ia menjadi Pastor Pembantu di Paroki Waikabubak-Elopada (sambil menjalani proses pembinaan untuk bergabung menjadi anggota Redemptoris). Setelah itu, berturut-turut ia menjadi Pastor Paroki Wara, Waingapu (1987-1996), Vice Propinsial Redemptoris Indonesia (1996-2002), diutus ke Waitiu untuk membangun rumah biara (2002-2008), menjadi Vikaris Keuskupan Larantuka (2005-2008), Rektor Wisma Sang Penebus (2008-2010) serta diminta untuk tinggal di Pada Dita untuk menjadi staf senior di sana (2011). Dari tahun 2011 hingga 2012, ia beristirahat di Wisma Sang Penebus Sleman, DIY sambil menjalani pengobatan karena penyakit diabetes dan gagal ginjal yang mengharuskan beliau menjalani cuci darah selama kurang lebih 2 tahun. Pada tanggal 13 Juli 2013, bertempat di Wisma Sang Penebus, Pater Yulius menghembuskan nafas terakhir setelah sebelumya meminta sendiri untuk beristirahat dari aktivitas cuci darah dua kali seminggu di Rumah Sakit Panti Rapi, Yogyakarta.


Komentar

Postingan Populer