Alfonsus Maria de Liguori 1696-1787 Pujangga Gereja



Alfonsus Maria de Liguori
1696-1787
Pujangga Gereja

Sepatah kata
            “kasihan kau, Bapa tua, gara-gara ajaranmu, kau akan masuk neraka”. Kalimat ini dikatakan oleh seorang yang hidup sejaman dengan St. Alfonsus mengenai diri dan ajaran St. Alfonsus. St. Alfonsus adalah pribadi yang brilian, memiliki bermacam-macam ide dan kemampuan. Terbukti bahwa apa yang dikatakan orang itu bertolak belakang dari kenyataan. Alfonsus justru digelari santo dan pujangga gereja karena ajaran dan teladan hidupnya. Oleh karena itu, memang tempat Alfonsus bukanlah di Neraka.
            Alfonsus hadir sebagai pribadi yang terbakar semangat injili untuk mewartakan cinta dan kasih Allah yang begitu besar kepada manusia. Cinta yang ditawarkan oleh Allah menuntut balasan dari manusia yang dicintainya. Semuanya itu hanya dan untuk keselamatan manusia. Kata Alfonsus “semua orang dipanggil untuk menjadi kudus”.

Riwayat Hidup, Tulisan, dan Spiritualitas
            Alfonsus lahir di Mariella, pada hari kamis, 27 September 1969. Sebuah daerah di pinggiran kota Napoli. Dua hari setelah kelahirannya Alfonsus dipermandikan di Gereja Santa Maria Dei Vergini Napoli. Menarik bahwa Alfonsus deberi nama pelindung sebanyak Sembilan kali yaitu: Alfonsus, Maria, Antonius, Yohanes, Fransiskus, Kosmas, Damian, Mikael, dan Gaspar. Don Joseph Felix de liguori adalah ayah Alfonsus termasuk sebagai warga Napoli. Pada umur 15 tahun, ia masuk Angkatan Laut Spayol. Pada umur 25 tahun naik pangkat menjadi Letnan Muda di kapal dayung kerajaan dan sebelum pensiun menjabat sebagai komandan kapal bendera dari Angkatan Laut kerajaan. Selama bertahun-tahun bertugas di kapal dayung (galere) ikut mempengaruhi wataknya yaitu kasar dalam bersikap, kurang toleran, keras dan ketat dalam aturan rumah. Sikapnya yang kasar, tegas, dan tanpa kompromi itu berpengaruh dalam mendidik, mengatur dan menentukan masa depan anak-anaknya menjadi pribadi yang tegas, keras, dan kuat. Termasuk Alfonsus. Sedangkan ibu Alfonsus, Donna Anna Katarina Cavalieri anak bungsu dari lima bersaudara menjadi yatim ketika masih kecil. Berasal dari keluarga bangsawan. Dia tinggal selama 14 tahun di biara Suster Fransiskan Napoli. Dididik di sana sebagai seorang educanda (anak asuh). Berkat didikan yang diterimanya selama di biara menjadikannya sebagai pribadi yang lemah lembut, saleh, perhatian, sabar, penuh pengorbanan, dan tekun dalam doa. Sikap Donna inipun di bawah samapi ia berkeluarga. Sikap inipulalah yang membedakan dengan suaminya.
Dua karakter yang berbeda antara ayah dan ibu Alfonsus. Akan tetapi karakter yang berbeda itu menyatu dalam diri Alfonsus. Menjadi pribadi yang keras dalam berkomitmen pada prinsip dan sikap daya juang yang terus mengalir dalam diri Alfonsus dalam mewartakan cinta kasih Allah. Kepribadiannya yang saleh dan rela berkorban diwariskan oleh ibunya yang tentunya lebih banyak mempengaruhi perkembangan rohani Alfonsus terutama penghormatan kepada Maria Bunda Selalu Menolong, cinta kepada Tuhan, mencintai orang miskin, dan pola hidup doa yang teratur. Oleh karena itu, karakter yang berbeda, sikap yang berbeda, dan watak yang berbeda melahirkan Alfonsus de Liguori yang menyatukan kedua karakter itu.

Pendidikan Alfonsus
            Sangat mengagumkan apa yang telah dicapai oleh Alfonsus. Don Giuseppe ayah Alfonsus, memberikan perhatian khusus dalam hal pendidikan. Ia menyewa guru-guru hebat untuk mengajari Alfonsus. Bayangkan saja seorang Alfonsus yang masih berumur tujuh tahun sudah memperoleh pendidikan seperti itu. Guru utama Alfonsus adalah seorang imam Calbria, Don Domenico Bonaccia, yang mengajar bahasa Latin, Yunani, Perancis, Spayol, dan Italia, dan juga sejarah, matematika, dan dasar-dasar fisika cartesian. Selain Don Domenico, ada juga Don Carminiello Rocco yang mengajari Alfonsus tentang pengantar ke dalam filsafat terutama kosmologi dan psikologi. Don Giuseppe juga, masih memperkerjakan guru-guru cakap lain untuk mengajari Alfonsus antara lain, dalam bidang musik, menggambar, melukis, dan arsitekstur.
            Tampak di sini bahwa Ayah Alfonsus memberikan perhatian khusus pada pendidikan. Selain ayahnya, ibunya juga berperan penting dalam menentukan perkembangan Alfonsus. Bahkan dominan karena Ayahnya sering tidak berada di rumah dalam waktu yang lama. Ketika Alfonsus berumur tujuh tahun, ibunya menyerahkan Alfonsus kepada pembimbing rohaninya sendiri yaitu pater Thomas Pagano. Seorang imam Oratorian sejati. Menjadi pembimbingnya kurang lebih tiga puluh tahun. Inilah bukti Donna Anna dalam memberi perhatian khusus dalam pendidikan keagamaan anak-anaknya. Termasuk Alfonsus kecil.

Universitas, Karier Hukum, dan Panggilan Menjadi Imam
            Don Giuseppe, mempunyai rencana besar untuk putra sulungnya yang merupakan ahli waris dan yang akan menggantikannya kelak. Oleh karena itu, Don Giuseppe meletakkan seluruh mimpi dan harapannya kepada Alfonsus. Ia mengharuskan Alfonsus untuk mempelajari hukum pada universitas Napoli. Sehingga pada umur 13 tahun akhir oktober 1708, Alfonsus didaftarkan sebagai institutist atau sebagai mahasiswa tahun pertama pada universitas Napoli. Studi hukum ditempuh selama lima tahun yang terdiri dari studi hukum romawi dan studi aneka sistem hukum lainnya. Fakultas hukum Universitas Napoli memiliki dua belas mahaguru, tujuh dalam bidang sipil, dan lima dalam hukum gereja. Universitas ini, menjalar dengan kuat suatu semangat anti Roma. Tulisan-tulisan dan indoktrinal kepada mahasiswa, para professor meletakkan dasar-dasar untuk kontrol negara terhadap gereja. Ini merupakan ciri khas penguasa Bourbon di Napoli. Demikianpun yang terjadi dengan pemerintahan lain di Eropa pada waktu itu. Seluruh sistem hubungan antara Gereja dan Negara di Napoli diistilakan dengan regalisme[1] dan erat kaitannya dengan nama Bernard Tanucci[2].
            Alfonsus yang kurang lebih berumur 16 tahun sudah menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar ahli hukum dari Universitas Napoli pada bulan Januari tahun 1713. Alfonsus menjadi salah satu golongan penegak hukum yang sangat kuat sebelum ia benar-benar terjun dalam masyarakat Napoli sebagai pengacara. Alfonsus memulai kariernya dengan menjalani praktek (magang) selama tiga tahun pada beberapa lembaga bantuan hukum. Sebagai pengacara muda pada pengadilan Napoli. Dialah pengacara yang memperoleh keberhasilan besar. Dibalik semua keberhasilan yang telah dicapai oleh Alfonsus, ia sampai pada persoalan perkawainan. Persoalan yang melibatkan dia dan ayahnya. Ayahnya berusaha mengatur pasangan hidup yang cocok bagi Alfonsus dan berlangsung lama. Sehingga menimbulkan perselisihan yang berkepanjangan yang menyebabkan Alfonsus dan Ayahnya mengalami luka dan penderitaan yang mendalam.
            Don Giuseppe terus-menerus mengusulkan calon pengantin bagi Alfonsus dari kalangan kaum kaya dan berkuasa. Hal ini membuat Alfonsus frustrasi dan bingung karena dihapkan pada dua persoalan mengenai masa depannya yaitu: hasratnya untuk menjadi imam dan keinginan Ayahnya agar Alfonsus menikah. Berhadapan dengan pergolakan batin yang terus-menerus, maka selama pekan suci pada tahun 1722 Alfonsus mengadakan retret dengan pater-pater Vinsentian di Napoli. Retret ini bagi Alfonsus merupakan peristiwa paling penting dalam hidupnya. Peristiwa di mana ia menemukan jawaban atas masa depannya yaitu untuk menjadi imam. Suratnya kepada pater Lametre, superior Vinsentian mengatakan bahwa di biara itulah akhirnya ia mengambil keputusan untuk meninggalkan dunia. Dan menegaskan bahwa retret itu merupakan Rahmat terbesar yang diterimanya dari Allah. Keputusan yang diambilnya ini baru terlaksana setahun kemudian saat Alfonsus dinyatakan kalah dalam sebuah pengadilan mengenai tanah, yang melibatkan sejumlah bangsawan dan tokoh-tokoh terkemuka pada pihak yang salah. Ia dipermalukan di depan umum di Napoli. Akan tetapi, di kemudian hari terbukti bahwa persidangan tersebut dinodai sogokan dan politik kotor.
            Kekalahan tersebut menjadi pukulan berat bagi Alfonsus. Pada tahun 1723 di dalam Gereja Maria Bunda Penebus , ia membuka pedangnya dan meletakkannya di kaki Bunda Maria sambil berlutut. Sebagai simbol pengabdiannya kepada Maria dan keputusannya menjadi Imam. Perlahan-lahan keputusan Alfonsus menjadi Imam semakin jelas dan matang. Ketika ia bekerja dan melayani para pasien di rumah sakit incurabili[3]. Di sinilah Alfonsus yakin dan tidak ragu lagi insyat akan kesia-siaan dunia yang terus menggema dalam telinganya “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?” (Mat16:26). 

Studi Teologi
            Pembinaan Imamat Alfonsus sangat berbeda dengan kita saat ini. Dulu, untuk mereka yang studi menjadi Imam tinggal dengan orang tuanya, memakai pakaian gerejawi, dan ditugaskan untuk membantu Imam di suatu gereja dekat tempat tinggal mereka. Belajar teologi secara pribadi dan dibimbing oleh pengajar-pengajar yang telah ditetapkan. Tiga orang profesor paling mempengaruhi intelektual Alfonsus dalam studi teologi dan teologi moral yakni, Don Allesio Mazzochi, Don Yulius Torni, dan Pater Oratorian Pagano. Pada tanggal 1721, suatu keputusan baru yang diakui oleh keuskupan. Keputusan yang mewajibkan para calon Imam untuk mendaftarkan diri dari salah satu perkumpulan Imam yang telah diakui keuskupan. Alfonsus menjadi anggota perkumpulan pada katedral, Kongregasi Misi Apostolik. Bersama kongregasinya, Alfonsus belajar tentang spiritualitas, ilmu ketuhanan, berkotbah (khusus kotbah misi umat). kekhasan setiap hari senin dari perkumpulan ini adalah sidang akademi teologi, spiritualitas, dan teori missioner. Kehadiran, meditasi, ketekunan, belajar, pemeriksaan batin, dan mati raga yang teratur ditanamkan sebagai doa yang utama kesucian seorang Imam.

Klerus Napoli dan Uskup yang Merangkul Kaum Miskin
            Pada tanggal 21 Desember 1726, umur 30 tahun, Alfonsus ditahbiskan menjadi Imam di Gereja Katedral Napoli. Ia tinggal di rumah orang tuanya selama tiga tahun karena Imam di Napoli sangat banyak waktu itu. Akan tetapi, Alfonsus melibatkan diri secara total dalam kegiatan Misi Apostolik. Tahun 1729 ia tinggal di Chinese College[4]. Di tempat ini, ia melibatkan diri secara total dalam pelayanan pastoral sebagai Imam diantara umat, berkotbah, mendengarkan pengakuan. Ikut memberikan misi umat bersama anggota Misi Apostolik. Ketika Misi Apostolik diberhentikan beberapa bulan tertentu, ia meluangkan waktunya untuk melayani kaum Lazzaroni[5] yang diabaikan secara pastoral. Berangkat dari keprihatinannya terhadap orang miskin di Napoli khususnya di Scala, para petani dan gembala kambing. Oleh karena itu, tahun 1729 Alfonsus berusaha mengumpulkan suatu kelompok Imam missionaris yang ingin membaktikan dirinya untuk mewartakan Allah kepada kaum miskin di Napoli khusunya di Perdesaan. Kelompok ini diresmikan tanggal 9 Nopember 1732 dengan nama Missionaris Penyelamat Mahakudus oleh uskup Castelamare-Scala.
            Tahun 1743, kelompok ini mengadakan kapitel jendral pertama di Ciorani untuk mengikrarkan kaul kekal pertama dan untuk memilih pemimpin klompok ini. dan Alfonsus yang dipilih tahun 1749. Kongregasi ini mendapat restu dari Roma oleh Paus Benediktus VI. Atas usulan Paus Kongregasi ini mengubah nama dengan Kongregasi Sang Penebus Maha Kudus. Tahun 1760, sebagai pemimpin Kongregasi banyak menyita waktunya, apa lagi Alfonsus diangkat menjadi uskup pada tahun yang sama di Santa Agata dei Gotti 36 km dari Napoli. Terutama kebersamaan dengan konfraternya, kegiatan menulis, dan pastoralnya. Di sisi lain kesehatannya memburuk, sehingga tahun1775 meminta dispensasi dari Paus untuk istirahat. Permohonannya dikabulkan dan kembali bersama konfraternya di Pagani untuk istirahat.
            Kesehatan Alfonsus yang semakin memburuk, tidak memungkinkan lagi untuk bertahan hidup lebih lama, maka siang hari tanggal 1 Agustus 1787 ia menghembuskan nafas terakhir saat melangsungkan doa Angelus. Wafat dalam usia 91 tahun. Tahun 1816 digelari Beato dan tanggal 26 Mei 1839 degelari kudus. Konsili Vatikan I tahun 1871, digelari Pujangga Gereja. Paus Pius XII mengangkatnya menjadi pelindung Para Bapa Pengakuan dan para Teolog Moral 80 tahun kemudian.

Teologi Moral
            Adnotationes merupakan sumbangan pertama Alfonsus dalam bidang teologi moral. 40 tahun kemudian, Alfonsus menerbitkan Sembilan edisi tulisannya. Karya-karya Alfonsus dalam bidang teologi moral: Visite al SS. Sacramento (Kunjungan Pribadi kepada Sakramen Mahakudus), II Confessre diretto “buku untuk Bapa Pengakuan di perdesaan”. Tahun 1756-1773, menerbitkan lima buah karya Apologetis. Karya pertama: Melawan kesesatan orang beriman modern yang disebut materialis dan Deis yang disusul oleh kebenaran iman sebagaimana terbukti oleh motif kepercayaan. Karya lain yaitu Kejayaan Gereja, memuat laporan tentang Konsili Trente terutama pada pengajaran Luther dan Calvin.

Hidup Rohani
            Tulisan spiritualitas Alfonsus merupakan khotbah dalam bentuk lain yaitu, memperkenalkan tema secara singkat, dari pengalamannya sendiri, atau hidup para kudus untuk menarik perhatian para pendengar, dan rangkaian doa-doa untuk merangsang doa-doa para pembaca. Gaya menulis yang popular, bersifat percakapan, sehingga orang-orang biasapun dapat mengerti dan memahami apa yang dikatakan. Tidak menggunakan kiasan. Kata St. Fransiskus dari sales, kaum klerus saja yang bisa menjadi kudus, tetapi Alfonsus mengatakan bahwa semua orang dipanggil untuk menjadi kudus: Allah memperlengkapi semua orang dengan sarana-sarana untuk mencapainya terlepas dari keadaan manusiawi, sosial, dan rasio yaitu dengan meditasi, refleksi, dan petunjuk. Tulisan-tulisan Alfonsus sangat mempesona karena lahir dan bertumbuh dari pengalaman hidupnya sendiri.
Karya-karya Alfonsus
            Tulisan-tulisan dan karya-karya Alfonsus mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam tradisi Gereja Katolik. Mulai dari karya pertamanya Massime Eterna tahun 7128. Kemudian 111 karya lainnya yang semua kalangan, khusus kepada orang-orang miskin yang sederhana dalam segala aspek. Sebelum menjadi uskup lima puluh satu buku ditulisnya dan setelah menjadi uskup enam puluh buku ditulisnya sampai ia wafat. Semua karangan itu telah diterjemahkan ke dalam tuju puluh bahasa.

Penutup
            Alfonsus sungguh-sungguh menuntun orang agar sampai pada penyatuan dengan Allah secara sederhana. Semua tulisan dan karya-karyanya mau menggambarkan bahwa Alfonsus adalah sosok yang patut dicontohi oleh semua orang. Studinya, ajarannya yang dilakukan dengan tindakan nyata, serta doa dan karya misi yang mengagumkan. Apa yang dokhotbahkannya selalu ditulisnya dan disertai dengan doa pada bagian akhir tulisannya. Oleh karena itu, tulisan-tulisan Alfonsus bukan saja sebagai bahan bacaan meliankan juga sebagai buku doa. Menandakan bahwa Alfonsus sungguh menaruh perhatian besar dan memberi tempat istimewa dalam hal doa.
“Berdoa ialah berbicara dengan Allah. Dengan kata-katamu yang sederhana, beritahukanlah kepada-Nya perasaanmu, keinginanmu, kekwatiranmu, dan apa yang kamu mengharapkan dari Dia. Tuhan akan menjawab dan berbicara kepada hatimu, menginsafkan kamu tentang kebaikannya yang tak terbatas, cinta-Nya kepada kamu, dan apa yang hendak kamu lakukan agar berkenan kepada-Nya”.


           


[1] Regalisme: sistem pemerintahan yang berlaku di banyak negara eropa pada waktu itu, dengan pola hubungan berupa control negara atas Gereja.
[2] Tanucci adalah perdana menteri, sebagai seorang regalis. Mempunyai putri yang menjadi Suster Claris Miskin. Ia merasa tidak tenang  tidak bisa ikut misa harian karena harus menemani raja ketika berburu.
[3] Sebutan untuk Rumah sakit yang didirikan oleh Mario Longo di Napoli pada awal abad VI. Rumah Sakit terbesar waktu itu karena mampu menampung 1.100 pasien (orang-orang  yang  tak dapat disembuhkan).
[4] Nama sebuah seminari dengan nama resmi “The Holy Family Of Jesus Christ” didirikan oleh Matteo Rippa. Tujuannya untuk pendidikan calon Imam yang akan bekerja di Cina.
[5] Berasal dari kata Lazarus (Luk 16): yang termasuk dalam kelompok ini adalah tukang kayu, tukang batu, buruh pelabuhan, para pengemis, dan pelacur. Ditemukan di setiap sudut kota Napoli, tetapi lebih banyak di pesisir.

Komentar

Postingan Populer