Biografi Hendrik Kraemer




            Hendrik Kraemer dilahirkan pada tanggal 17 Mei 1888 di Amsterdam, Belanda dari keluarga imigrant miskin Jerman, dan meninggal dunia pada tanggal 11 November 1965 di Driebergen, Belanda. Kraemer adalah anak yatim piatu, ia kehilangan orang tuanya pada umur 12 tahun, sehingga ia tinggal di panti asuhan. Pada usia 12 tahun ia bernubuat: “Saya akan menjadi seorang Krsitian atau sosialis.” Ia kemudian hanya mengubah kata “atau” menjadi “dan” yang memungkinkan dia kemudian berkata: “saya harus menjadi keduanya: sosialis sebagai seorang Kristian, dan Krsitian dengan rahmat dari Tuhan”. Keadaan masa mudanya menunjukkan bahwa Kraemer tidak pernah menerima pendidikan pada sekolah formal. Pada umur 14 tahun, ia mempelajari Alkitab secara otodidak. Ketika dia berusia 16 tahun, seorang misionaris dari Papua New Guinea mempengaruhi panggilan misionarisnya, dan setahun kemudian Kraemer masuk sekolah pelatihan misionaris untuk mempersiapkan pelayanannya di Indonesia dan koloni Hindia Belanda lainnya. Kerinduannya yang besar dalam bidang bahasa memotivasi dia belajar bahasa Latin sendiri. Dengan semangat yang besar, dan pada waktu itu dengan hasil yang sangat luar biasa, ia merampungkan studinya di Universitas Leiden, Belanda[1].
 Setelah mempelajari bahasa Jawa di Universitas Leiden, Belanda dan agama Islam di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, Kraemer kemudian bekerja pada Dutch Bible Society (Het Nederlands Bijbelgenootschap) di Indonesia  dari tahun 1922-1937. Dia tidak hanya aktif dalam penerjemahan Alkitab saja, tetapi juga terlibat dalam penetuan kebijakan-kebijakan misi Gereja di Indonesia dalam rangka menjadi Gereja yang mandiri. Pengalamannya ini meyakinkan dia bahwa para misionaris harus menjadi pembimbing  ke arah kedewasaan gereja-gereja setempat. Untuk ini, Kraemer aktif mempromosikan agenda misinya yang menegaskan bahwa hanya jika “daerah-daerah msi” menjadi “gereja-gereja pribumi yang mandiri”, maka orang-orang Kristen di daerah-daerah tersebut akan mampu mengkomunikasikan pesan-pesan injil sesuai dengan lingkungan sosial dan budayanya sendiri, dengan demikian mereka dapat pula secara bebas berhubungan dengan sesamanya yang beragama lain.
            Dalam persiapan pertemuan Dewan Misionaris Internasional (International Missionary Council – IMC) di Tambaran, India pada tahun 1938, Kraemer ditugaskan menulis apa yang kemudian menjadi bukunya yang terkenal, The Christian Message in a non-Christian World,  yang selama berberapa dekade mempengaruhi pemikiran misiologis dengan gagasan dasarnya tentang “realisne alkitabiah”.
            Dalam tahun 1937, Kraemer diangkat menjadi guru besar sejarah agama-agama di Universitas Leiden, setelah setahun sebelumnya menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Utrecht. Setelah perang dunia II, dia menjadi salah  seorang anggota delegasi gereja-gereja Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belanda dan Swis dalam pertemuan dengan Dewan Gereja Evangelis Jerman yang baru di Stuttgart. Pertemuan ini kemudian menghasilkan Deklarasi Stuttgart yang mengakui kesalahan Gereja di hadapan Allah dan kemanusiaan, sebagai berikut: “kami mengaku bersalah karena tidak memberikan kesaksian dengan lebih berani, karena tidak berdoa dengan penuh keyakinan, karena tidak percaya dengan penuh kegembiraan dan karena tidak mencintai dengan lebih sungguh-sungguh”[2].
            Kraemer adalah pemimpin pertama Institut Oikumene dari Dewan Gerereja-gereja se- Dunia (World Council of Churches) di Bossey (1948-1955) bersama dengan Suzanne de Dietrich, dia menjadi pengajar untuk kaum muda awam dari banyak Negara, yang telah mengalami peperangan bertaun-tahun dan ingin mengambil bagian dalam membangun dan megembangkan kembali gereja-gereja dan bangsa mereka. Setelah itu, dia menjadi tokoh penting institut Kerk en Wereld (Gereja dan Dunia) di Driebergen, Belanda. Selama dua periode ini, dia berkeliling  dan memberikan kuliah di berbagai universitas terkemuka di Eropa dan Amerika Serikat, serta pelayanan-pelayanan pastoral ke berbagai jemaat di gereja Belanda. Dia juga bertindak sebagai pengawas perencanaan yang ditunjuk oleh IMC  untuk mengikuti pertemuan Willingen (1952) dalam rangka mendirikan pusat-pusat studi regional di mana para pakar dapat meluangkan waktunya untuk mengadakan studi, penelitian dan mengembangkan dialog dengan wakil-wakil dari para pemikir di luar gereja.
            Kraemer adalah salah seorang pemikir Kristen yang paling berpengaruh pada zamannya, khususnya dalam hubungan antar umat agama kristen dengan agama-agama lain serta berbagai budaya. Dia memiliki banyak kemampuan dan memberikan banyak kontribusi serta inspirasi dalam berbagai diskusi tentang berbagai persoalan misiologis. Pengaruhnya terasa saat ini meskipun dikemas dengan gaya dan metode yang baru berkaitan dengan sikap Kristen dan agama-agama lain.
            Hendrik Kraemer juga adalah seorang penulis yang produktif pada zamannya. Tulisannya mencakup ratusan artikel dan sejumlah besar buku. Beberapa karangan Kraemer yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti Jerman, Prancis, Indonesia, Jepang dan China: Religion and the Christian Faith (London, 1965; The Communication of the Christian Faith (London, 1957); A Theology of Laity (London, 1958); World Cultures and World Religions: the Coming Dialogue (London, 19600); Why Christianity of All Religions (London, 1962); Katalog Bibliografi dan Arsip  Kraemer yang lengkap dapat dilihat dalam M. Dirkzwager Cs (peny.), Hendrik Kraemer Bibliografie en Archief (Leiden/Utrecht, 1988).


[1] Ian Bria – Dagmar Heller (eds), Ecumenical Pilgrims,,,,,,,,,,,
[2] Nicolas J. Wolly, Perjumpaan di Serambi Iman, Badan Penerbit Kristen, Jakarta, 2008,  261.

Komentar

Postingan Populer