PENGAKUAN PETRUS (MARK 8, 27-30)



1.                  Pengantar
Kisah pengakuan Petrus[1] merupakan kisah yang terdapat dalam Injil Markus 8:27-30. Kisah ini merupakan bagian dari kisah yang terdapat dalam Mark 8:22-10:52. Bagian ini merupakan salah satu bagian yang sangat penting karena merupakan bagian dalam injil Markus di mana Petrus mengakui Yesus sebagai “Mesias”. Meski sudah dikatakan pada ayat pertama dalam Injil bahwa Yesus adalah Mesias, sampai pada peristiwa di Kaisarea ini tidak ada satu pun pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias. Kisah pengakuan Petrus di Kaisarea Filipi ini terletak pada akhir bagian pertama sekaligus mengawali bagian kedua Injil Markus. Letak strategis ini sekaligus mendukung fungsi pengakuan Petrus sebagai klimaks dari bagian pertama.
Dalam Injil dikatakan bahwa “Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi[2].....” Dalam perjalanan itu, di tengah jalan Yesus kemudian bertanya kepada mereka tentang diri-Nya[3], “Kata orang-orang siapakah Aku ini?” Mereka kemudian menjawab bahwa ada mengatakan Yohanes Pembaptis, Elia dan seseorang dari para Nabi. Kemudian Yesus bertanya lagi, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”  dengan ini Yesus ingin mengetahui bagaimana pemahaman dan pendapat pribadi mereka tentang diri-Nya. Dan pada moment ini Petrus tampil sebagai perwakilan dari para murid dengan memberi jawaban singkat dan padat: “Engkau adalah Mesias.”
Jawaban “Mesias” yang diberikan oleh Petrus adalah jawaban yang benar yang terbukti dengan tidak adanya penolakan dari Yesus atas jawaban tersebut. Memang ada kemungkinan bahwa Petrus bisa saja dipengaruhi oleh gagasan-gagasan dan paham-paham mesianik yang berkembang saat itu[4], tetapi tetap saja jawaban “Mesias” yang keluar dari mulut Petrus adalah jawaban yang benar. Nah pertanyaannya kemudian adalah, jika jawaban yang diberikan oleh Petrus benar adanya, kenapa kemudian Yesus masih melarang Petrus dan para murid yang lain untuk memberitahukan bahwa Dia adalaha Mesias? Apakah Yesus melihat para murid dalam hal ini Petrus belum siap atau jawaban mereka belum sempurna?
Tulisan ini merupakan usah untuk menjawab pertanyaan di atas. Dalam paper ini, penulis akan mencoba memfokuskan diri untuk membahas kisah Petrus yang terdapat dalam Injil Markus.
2.                  Petrus  dalam Mark 1-8: 26
Untuk mendapatkan pemahaman akan seorang Petrus, penting untuk melihat perjalanan hidup seorang Petrus dari awal kisah Injil Markus. Pemahaman akan perkembangan seorang Petrus akan membantu kita mengetahui mengapa Yesus kemudian masih tidak memperbolehkan para murid yang dalam hal ini diwakili oleh Petrus[5] untuk memberitahukan status-Nya sebagai seorang Mesias.
Untuk itu, saya akan mencoba membaca seluruh kisah Injil Markus sambil berusaha menemukan perikop yang berkisah tentang Petrus, dan bagaimana perkembangan pemahaman seorang Petrus. Dalam Injil Markus, kisah atau nama Petrus muncul atau disebut  sebanyak 25 kali, lebih banyak dari ketiga Injil lainnya yakni Matius, Lukas dan Yohanes[6]. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa Petrus merupakan figur yang memiliki peran penting dalam lingkaran atau kelompok dua belas rasul.  Kisah-kisah yang dicantumkan dalam tulisan ini merupakan kisah-kisah dimana Petrus dan juga para murid menyaksikan bagaimana Yesus bersabda dan mengerjakan mujizat, baik itu menyembuhkan orang-orang yang sakit dan membangkitkan orang yang telah meninggal.
·           Dalam Mark 1: 16-20, Yesus memanggil murid-murid[7] yang pertama
       Perikop ini merupakan awal dari kisah pelayanan Yesus di Galilea.  Dalam Injil dikatakan bahwa ketika sedang menyusuri pantai, Ia melihat Simon dan Andreas saudara Simon. Di sinilah untuk pertama kalinya nama Petrus muncul. Seperti yang dikatakan oleh Robyn Whitaker, Petrus adalah  nama pertama dan terakhir dari para rasul yang disebut oleh penginjil Markus (1:16; 16:7 )[8].
·           Mark 1:29-34, Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain.
            Pada perikop ini dikisahkan bahwa Yesus bersama Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Di tempat itu Yesus melakukanmujizat dengan menyembuhkan ibu mertua Petrus yang sedang sakit demam. Setelah sembuh dari sakit demamnya dikisahkan bahwa ibu mertua Petrus langsung melayani mereka. Menarik bahwa yang melayani bukan anak perempuan dari ibu itu, melainkan ibu yang disembuhkan tersebut yang justru melayani Petrus.
·           Mark 1:40-45, Yesus menyembuhkan orang yang sakit kusta.
            Setelah menyembuhkan ibu mertua Petrus yang sakit demam, pada perikop ini dikisahkan mujizat lain lagi dari Yesus yakni menyembuhkan orang yang sakit kusta. Menurut penulis Injil, Yesus berbuat demikian karena hati-Nya tergerak oleh belas kasihan (ayt 14). Setelah mengatakan “Aku mau jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu.
            Setelah ditahirkan, orang yang dihadapan Yesus tadi nampaknya bungkam, sedangkan Yesus mulai berbicara dengan nada keras, agar orang tersebut jangan memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun (ayt 44). Tetapi bukannya mengikuti perintah dan teguran Yesus, orang tadi justru memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota (ayt 45).
            Adegan kedua di mana Yesus melarang orang yang baru saja ditahirkan tadi memberitakan kesembuhannya menimbulkan pertanyaaan, mengapa Yesus erbuat demikian? Apa tujuan Yesus dengan memberi peringatan keras itu? Mungkinkah orang yang yang bersukacita karena memperoleh kesembuhan harus bungkam sepanjang jalan?
·           Mark 4:35-41, angin rebut diredahkan.
            Sehabis mengajar banyak orang dengan mujizat (Mrk 4: 1-2,33), Yesus kemudian mengundang para murid-Nya untuk bertolak ke seberang danau. Dalam perjalanan, danau yang tadinya tenang kemudian tertimpa taufan yang dasyat. Hemat penulis taufan yang dasyat seperti itu pasti membuat para murid ketakutan meski ada sebagaian dari mereka seperti Petrus yang memiliki latar belakang sebagai nelayan.
            Anehnya, di tengah taufan itu, Yesus justru tertidur nyenyak. Dapat dibayangkan bagaiman kesalnya para murid. Perahu hampir tenggelam tetapi Yesus justru tertidur. Maka para murid kemudian membangunkan Yesus. Para murid berharap bahwa selaku Guru Yesus harus berbuat sesuatu agar taufan bisa diredahkan.\
            Setekah taudan dan angin ribut diredahkan Yesus kemudian berpaling kapada para murid-Nya, lalu mengajuhkan pertanyaan, mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya? Di sini  nampak bahwa para murid masih berpkir atau melihat Yesus dengan biasa-biasa.
·           Mark 5: 21-43, Yesus membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan.
            Setelah menyebarang dengan perahu banyak orang yang berbondong-bondong menemui Yesus. Pada perikop ini juga dikisahkan bagaiman Yesus membangkitkan anak Yairus seorang kepala rumah ibadat. Setelah anak yang mati tadi, pada ayt 43, Yesus berpesan supaya jangan seorangpun mengetahui hal itu.
            Selain hal lain yang menarik di sini yakni Markus sekali lagi menunjukkan bagaimana Yesus dan kuasa-Nya justru dikenal dan ditangkap oleh orang-orang di luar kelompok para Rasul.
·           Mark 6:45-52, Yesus berjalan di atas air.
            Sebelum membubarkan lima ribu orang, Yesus menyuruh para murid-Nya naik perahu dan berangkat lebih dulu ke sebarang. Beberapa jam sebelum terbitnya matahari, Yesus mendekati perahu para Rasul yang tidak maju-maju karena angin kencang.  Sangat disayangkan karena seharusnya situasi tersebut dapat teratasi karena sebagai dari para murid adalah nelayan. Namun itu tidak terjadi.
            Sampai di titik ini, sekali lagi para murid belum menyadari dan mengenal betul Yesus. Yesus yang berjalan di atas air justru dikira hantu oleh para Rasul. Yesus yang memahami kelemahan para Rasul kemudian berkata kepada mereka: “Tenanglah Aku ini, jangan takut!”. Angin kemudian redah setelah Yesus naik ke dalam perahu.
Dalam Injil ini,  Markus menggambarkan Petrus dan para murid dengan sangat kompleks. Mereka dipangggil dan dipilih oleh Yesus untuk bersama-sama dengan-Nya dalam Mark 3:13-19, mereka diidentifikasi sebagai  bagian dari Kerajaan Allah dan bagian dari keluarga Yesus yang sejati (Mark 3:20-35); sebagai orang-orang yang mengikuti Yesus mereka juga menerima dan mendapatkan pengajaran dan nasihat khusus dari Yesus untuk memahami Kerajaan Allah (Mark 4:13-20, 33-34; 7:17-23), dan mereka mempunyai previlese untuk berbagi dalam pelayanan dan karya Yesus baik sebagai pengamat maupun sebagai partisipan (Mark 6:7-13, 30-44; 8:1-9).
            Kisah-kisah yang ditampilkan di atas merupakan kisah-kisah yang mana di dalamnya Petrus terlibat secara langsung. Meski para Rasul bersama-sama dengan Yesus, namun siapakah Yesus bagi mereka? Hemat saya, pengalaman kebersaman Petrus bersama dengan Yesus dari awal dia dipanggil pada Mark 1:16 tidak jauh berbeda dengan kebanyakan orang yang berbondong-bondong mencari dan mengikuti Yesus. Mereka seharusnya sudah sadar bahwa Dia yang mereka ikuti dari awal mereka dipanggil merupakan seorang Mesias, namun bukan seperti Mesias seperti yang mereka harapakan. Kebersamaannya berada bersama Yesus yang berkarya lewat perumpamaan dan mujizat  memiliki andil yang sangat besar untuk membentuk pemahamannya akan Yesus kelak.
            Seperti orang-orang yang hanya heran bercampur kagum akan sabda dan tindakan Yesus, demikian juga para murid yang telah mengikuti Yesus sejak awal. Akibatnya identitas Yesus masih tersembunyi bagi mereka. Justru orang-orang seperti Yairus yang bukan dari kelompok dua belas yang bisa mengidentifikasi peran Yesus. Dengan demukian kita dapat mengatakan bahwa Petrus dan para murid lebih sering menunjukkan sikap sebagai yang tidak jauh berbeda dengan orang-orang banyak. Mereka seutuhnya belum mampu memahami  peran dan kemesiasan Yesus.
3.                  Pengakuan Petrus dalam Mark 8, 27-30
Kisah penagkuan Petrus di Kaisarea Filipi ini terletak pada akhir bagian pertama sekaligus mengawali bagian kedua Injil Markus. Letak strategis ini sekaligus mendukung fungsi pengakuan Petrus sebagai klimaks bagian pertama. Pengakuan Petrus ini menjadi pengakuan pertama bahwa Yesus adalah Mesias. Meski sudah dinyatakan pada ayat pertama Injil bahwa Yesus adalah Mesias serta, sampai pada persitiwa di Kaisarea ini, tidak ada satupun pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias.
Di kota yang kental dengan unsur-unsur kafir, di mana Yulius Kaisar didewakan, Yesus bertanya kepada para murid-Nya, apa kata orang tentang diri-Nya. Para murid menjawab: “Ada yang mengatakan Yohanes, ada juga yang mengatakan Elia, ada pula yang mengatakan seorang dari para nabi”. Dari jawaban yang keluar dari mulut para murid terlihat bahwa mereka belum mengenal Yesus. Identitas Yesus dan peran yang dimiliki oleh Yesus tetaplah tersembunyi bagi mereka. hal berikut yang bisa dikatakan dari jawaban para murid yakni bahwa jawaban tersebut belum mendalam. Jawaban para murid tentang identitas Yesus masih merupakan kesimpulan mereka opini yang berkembang dari keheranan dan kekaguman orang banyak yang berbondong-bondong mencari dan mengikuti Yesus sejak awal pelayanan-Nya.
Kemudian pertanyaan Yesus menjadi semakin personal: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku?” pertanyaan ini kemudian dijawab oleh Petrus yang bertindak sebagai juru bicara para murid yang lain dalam sebuah jawaban yang singkat dan padat: “Engkau adalah Mesias”. Tidak seperti pada jawaban pertama, pada jawaban yang kedua ini, tidak ada sanggahan atau keberatan yang disampaikan oleh Yesus, dalam Injil (ayt 30) hanya dikisahkan bahwa Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang diri-Nya.
Atas larangan Yesus pada para murid-Nya ini, kita bisa bertanya kenapa Yesus melarang para murid-Nya untuk memberitahukan bahwa Dia adalah Mesias. Pertama, karena  orang harus menemukan jawaban dari pertanyaan ini dalam diri mereka meeka sendiri. Jawaban para murid yang pertama dengan jelas menggambarkan ini. jawaban mereka bukan lahir dari diri sendiri melainkan mengikuti opini yang berkembang saat itu. Kedua, karena mereka harus memahami Mesias seperti apa yang diemban oleh Yesus.
Kemungkinan, pengakuan Petrus juga sangat dipengaruhi oleh gagasan tradisional tentang Mesias yang berkembang dalam kalangan masyarakat saat itu. Dengan demikian, meski jawaban yang diberikan oleh Petrus atas pertanyaan kedua dari Yesus adalah jawaban yang benar, namun pengakuan tersebut bukan merupakan buah penganalan akan perjuangan konkret Yesus yang dia alami.
Meski pada perikop ini proses pengajaran Yesus kepada para murid agar mereka memahami arti kemesiasan-Nya belum juga selesai, namun peristiwa tersebut sudah membuat mereka mulai sadar dan kemudian memandang Yesus secara sedikit berbeda.
4.                  Petrus dalam Mark 8: 31-16
Bagian ini merupakan salah satu usaha untuk melihat perkembangan pemahaman seorang Petrus tentang kemesiasan Yesus pasca pengakuannya di Kaisarea. Pada bagian ini meski para Rasul belum juga menyeadari peran dan perutusan Yesus,  namun Yesus sudah mulai mengajari dan mendidik para murid-Nya sedikit demi sedikit tentatang makna dan arti kemesiasan-Nya.
·           Mark 8:31-9:1, pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikuti Dia.
Setelah Petrus menyatakan pendapatnya tentang identitas Yesus yang sebenarnya, pada bagian ini Yesus memulai tahap pengjaran atau didikan baru kepada para murid-Nya.
Mula-mula Ia mengjarkan mereka tentang nasib Anak Manusia, lalu tentang syarat-syarat yang harus diemban dan dipenuhi oleh orang yang mau mengikuti-Nya.
Hal yang sama terjadi pada dua pemberitahuan tentang penderitaan lainnya ( Mark 9:30-34). Di sini para murid tetap tidak mengerti dan tidak menangkap maksud perkataan tersebut.
·           Mark 9:2-13, Yesus dimuliakan di atas gunung, peristiwa yang terjadi di atas gunung Tabor ini salah satu saksinya adalah Petrus[9].
Ternyata, pengajaran tentang sengsara, kematian dan kebangkitan yang baru dimulia Yesus setelah Petrus mengkui-Nya sebagai Mesias, sungguh suatu tahap baru dalam keseluruhan usah Yesus memperkenalkan diri dan identitas-Nya yang sebenarnya.
            Dalam perikop ini Yesus digambarkan sebagai pribadi yang telah berubah rupa untuk sementara dan buat tiga orang murid-Nya, Petrus, Yakobus dan Yohanes. Merekalah yang seharusnya memahami ajaran Yesus dengan setepat mungkin. Terutama ajaran-Nya tentang sengsara, kematian dan kebangkitan. Ternyata Petrus, calon pemimpin kelompok pengikut Yesus, sama sekali tidak mengerti ajaran Yesus, bahkan berusaha meyakikan-Nya bahwa pasti ada jalan untuk lolos dari sengsara.
            Karena ketidakpahaman itulah, Yesus dengan amat tegas menjelaskan syarat-syarat yang perlu dipenuhi orang yang ingin mengikuti-Nya (bdk Mark 8:34-38). Namun karena ajaran-Nya tersebut nampak kurang berkesan dan positif bagi mereka yang mendengarkannya, Yesus ingin memperlihatkan segi positifnya secara khusus. Di sini inisiatif ada pada Yesus, sebab Dialah yang berupa rupa. Ia berubah di depan mata ketiga Rasul pilihan-Nya.
·           Mark 9:33-37, siapa yang terbesar di antara para murid.
Dalam perikop ini dikisahkan bahwa dalam perjalanan menuju Kapernaum, para murid seibuk memperbincangkan hirarki mereka, siapa yang terbesar di antara mereka.
Kisah ini, hemat penulis menggbarkan bahwa orientasi para murid mengikuti Yesus belum murni, kebanayak mereka masih memikirkan orientasi duniawi, siapa yang terbesar. Hal yang sama terjadi pada perikop berikutnya (Mark 10:28-31) ketika Yesus mempertanyakan upah mengikuti Yesus.
·           Mark 14:26-31, Petrus akan menyangkal Yesus[10].
Dalam perikop ini dikisahkan  sekali lagi bagaimana Petrus mennjukkan diri sebagai orang murid yang berbeda yang siap melakukan apa saja demi sang Guru. Meski pada kenyataan kemudian dia justru menjadi murid yang menyangkali Yesus.
       Setelah Petrus berkata bahwa imannya tidak akan terguncang, Yesus kemudian berkata kepadanya bahwa dia akan menjadi orang yang menyangkali-Nya sebanayak tiga kali.
·           Mark 14:43-52, Yesus ditangkap.
Pada ayat 51, dikatakan bahwa setelah Yesus ditangkap semua murid yang kemudian lari meninggalkan Dia. Ini merupakan gambaran awal bagaimana para murid tidak siap menerima jalan dan pilihan yang ditempuh oleh Yesus yakni menderita dan wafat di salib, kegagalan para murid ini berpuncak pada penyangkalan Petrus (Mark 14:66-77)

Meskipun pengenalan Petrus akan identitas Yesus sebagai Mesias belum penuh, namun Yesus menggunakan pengakuan Petrus tersebut sebagai pijakan untuk berbicara mengenai arti diri-Nya sebagai Mesias yang harus menanggung penderitaan dan kematian.
       Hemat penulis, meski Yesus mengambil inisiatif untuk mendidik dan mengajari para murid-Nya untuk memahami tentang arti kemesiasan-Nya, namun hingga titik ini Petrus dan murid yang lain tetap seperti gambran para murid ketika dipanggil dari awal. Alasan mereka mengikuti Yesus tidak jauh berbeda dengan orang banyak yang juga mengikuti Yesus.
5.                  Siapa Petrus
Dari pembacaan atas Injil Markus, penulis menarik beberapa kesimpulan tentang Petrus dalam injil Markus. Pertama, Petrus adalah nama pertama dan terakhir dari para murid yang terdapat dalam Injil Markus (1; 16:17). Kedua, Petrus disebut lebih banyak daripada murid lainnya di dalam Injil ini, yakni sebanayk 25 kali.  Ketiga, Petrus selalau mucul dalam beberapa peristiwa atau bagian penting dalam Injil Markus: pemanggilan para murid yang pertama (1:16-20), pengakuan Petrus akan Yesus sebagai Mesias (8:27-30), ketika Yesus berdoa di taman Getsemani (14:32-42), dan bagian terakhir yang menyinggung tentang kebangkitan Yesus (Mark 16:7. Keempat, dari keempat Injil, Markus merupakan penginjil yang paling banyak  memunculkan istilah-istilah seperti  perahu, laut Galilea, dan  nelayan. Petrus adalak nelayan yang bekerja di laut Galilea (1:16).  Dan yang kelima, yakni ketika Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus (1:29-31), yang kelihatannya memasukkan unsur personal yang mendetail yang berkaitan dengan Petrus.
Dengan beberapa kesimpulan atas pembacaan atas Injil Markus, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan lebih jauh lagi tentang siapa Petrus dalam Injil yang kedua ini. Pertama,  bersama dengan anak-anak Zebedeus dan saudaranya Andreas, dia menjadi murid yang paling dekat dengan Yesus. Dia dan Andreas adalah murid pertama yang dipanggil oleh Yesus. Mark 5:37 secara eksplisit mencatat bahwa Yesus tidak memperbolehkan siapapun untuk mengikuti Dia ke dalam rumah kepala ibadat, kecuali Petrus, dan anak-anak Zebedeus. Pada peristiwa lain kita dapat melihat Yesus bersama-sama dengan dua orang saudara ini (Mark 9:2; Mark 14:33).
Kedua, Petrus adalah tokoh sentral yang memiliki peran yang cukup besar dalam kelompok para Rasul, Dia adalah juru bicara yang mewakili para murid yang lain, hal ini ini nampak dengan jelas ketika dia mewakili para murid yang lain untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Yesus mengenai seiapa diri-Nya di Kaisarea ((Mark 8, 29). Ketiga, . Selain memiliki posisi penting sebagai perwakilan dan pemimpin dari sebelas Rasul lainnya, Petrus juga adalah tipe murid  yang tidak mengerti dan seorang murid yang menyangkal bahkan lari meninggalkan Yesus ketika ditangkap di taman Getsemani.
Meski merupakan kelompok yang senantiasa menyertai Yesus dalam karya dan pelayanan-Nya dan meski berulang kali juga Yesus memberi mereka tugas dan pengajaran serta nasihat khusus, seperti para murid yang lain, Petrus juga tetap gagal memahami arti kemesiasan Yesus.  Berhubungan dengan ini, pada bagian akhir dari narasi Markus ini (8:33) dikatakan bahwa Yesus memandang murid-muridNya dan berkata kepada Petrus dengan kata-kata yang keras, “Enyalah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Celaan ini dengan jelas ditujuhkan kepada semua murid, karena Yesus mengetahui bahwa meskipun kata-kata yang Petrus tujuhkan kepada-Nya untuk mundur dari jalan penderitaan lahir atau berasal dari hasrat Iblis para murid.
Hemat penulis, kegagalan Petrus dan para murid yang lain untuk mengerti dan memahami arti kemesiasan Yesus merupakan salah satu alasan mengapa Yesus kemudian masih dan tetap melarang Petrus dan para murid yang lain untuk memberitahukan status-Nya sebagai seorang Mesias. Pemberitahuan bahwa Dia adalah Mesias sangat riskan karena para murid belum siap menerima arti kemeseiasan Yesus yang harus menderita dan berakhir di salib.

6.                  Penutup
Dari pembahasan singkat mengenai Petrus yang mana secara tidak langsung juga menyinggung para murid yang lain penulis menarik kesimpulan bahwa Petrus selaku pemimin para murid serta juga murid-murid yang dipimpinnya adalah kelompok yang gagal. Mereka gagal memahami makna dan arti kemesiasan Yesus yang sebenarnya.
Sebagai seorang pengikut Yesus, Petrus dan para murid yang lain seharusnya berusaha untuk tidak hanya sebatas mengikuti tetapi juga melibatkan diri secara penuh dalam cita-cita dan perjuangan Yesus. Namun sangat disayangkan hal ini tidak terjadi pada murid, meski mereka merupakan orang-orang yang dekat dengan Yesus.
Petrus dan para murid yang diharapkan oleh Yesus untuk memahami cita-cita dan arti kemesiasan-Nya justru menjadi kelompok yang gagal untuk memahami arti dan makan kemesiasan Yesus.
Daftar Pustaka
Culman, O.,
1962    Peter, Desciple, Apostle, Martyr, A Historical and Theology Study, SCM Press Ltd, London.
Eko Riyadi, St.,
2011    Markus “Engkau adalah Mesias”, Kanisius, Yogyakarta.
2011    Yesus Kristus Tuhan Kita, Kanisius, Yogyakarta.
Hengel, M.,
2010    Saint Peter The Underestimated Apostle, diterjemahkan oleh Thomas H. Trapp, Wm. B. Eerdmans Publishing Co, Michigan.
Whitaker, R.,.
“Rebuke or Recall? Rethinking the Role of Peter in Mark’s Gospel” University of Chicago Divinity School”, 666.



[1]               Nama asli dari Petrus adalah Symeon atau Simon. Symeon  adalah nama Ibrani yang kebanyakan digunakan di antara orang Yahudi. Bagaimanapun kita hanya menemukan bentuk Semitic dari nama Petrus hanya dalam Kis 15,  14 dan II Pet 1,1. Sedangkan Injil menggunakan nama Yunani, Simon. Ada kemungkinan nama Ibrani asli dari Symeon kemudian diganti dengan nama Yunani karena adanya bentuk pengucapan yang hampir sama.  Sebagai tambahan, nama ini juga mempunyai sebuah bentuk atau titel lain yang menggambarkan kepribadiannya, yakni Kefas. “Kefas”atau “Kepha” adalah kata Aram yang berarti “batu” atau “karang”. Dengan demikian, “Kefas” bukanlah nama yang tepat. Nama ini tidak biasa digunakan di antara orang-orang Yahudi, “Kefas” hanyalah sebuah kata benda biasa. Dalam Perjanjian Baru, nama atau titel ini kadang digunakan dalam bentuk Aram. Kata ini kemudian diterjemhakan dalam bahasa Yunani: Petrus. Kadang Injil mengartikan nama ini Simon, kadang Petrus dan Simon Petrus. Dalam terjemahan Syria, kata ini ditulis Simon Kefas (Oscar Culman, Peter, Desciple, Apostle, Martyr, A Historical and Theology Study, SCM Press Ltd, London 1962, 19.
[2]               Kaisarea adalah sebuah kota yang didedikasikan oleh Herodes Filipus kepada Imperator Romawi Yulius Kaisar. Menarik bahwa jsutru di kota yang penuh dengan unsur-unsur Romawi yang boleh dikatakan sebagai kota pagan di mana Yulius Kaisar dianggap dan dipuja sebagai dewa justrus di situ para murid mengungkapkan kepercayaan mereka bahwa Yesus adalah “Mesias”
[3]               Ketika Yesus berbicara kepada para murid-Nya  tentang misi dan tujuan-Nya, Yesus memanggil mereka dalam ketenangan atau berbicara kepada mereka di tempat khusus yang jauh dari keramaian.
[4]               Mesias berasal dari kata Ibrani ang berarti “yang diurapi”. Seorang Mesias adalah dia yang diurapi Allah. Dalam Perjanjian Lama, yang biasanya diurapi adalah raja, imam dan nabi. Bangsa Israel sendiri mempunyai pengharapan akan datangnya seorang Mesias utusan Allah. Pengaharapan ini didasarkan pada janji Allah akan seorang pemimpin dari keturunan Daud (2 Sam 7:14-16; Yes 55:3-5; Yer 23:5) (St. Eko Riyadi, Markus “Engkau adalah Mesias”, Kanisius, Yogyakarta 2011, 131)
[5]               Dari kisah dalam Injjil Sinoptik kita tahu bahwa Petrus sesungguhnya menduduki posisi khusus dalam kelompok para Rasul atau Murid. Bersama dengan anak-anak Zebedeus dan saudaranya Andreas, dia menjadi murid yang paling dekat dengan Yesus. Menurut Mark 1, 16 dan Mat 4, 18, dia dan Andreas adalah murid pertama yang dipanggil oleh Yesus. Mark 5, 37 secara eksplisit mencatat bahwa Yesus tidak memperbolehkan siapapun untuk mengikuti Dia ke dalam rumah kepala ibadat, kecuali Petrus, dan anak-anak Zebedeus. Pada peristiwa lain kita dapat melihat Yesus bersama-sama dengan dua orang saudara ini (lih Mark 9, 2 dan paralel; Mark 14, 33 dan paralelnya).
[6]               Martin Hengel, Saint Peter The Underestimated Apostle, diterjemahkan oleh Thomas H. Trapp, Wm. B. Eerdmans Publishing Co, Michigan 2010, 39.
[7]               Oleh penginjil Markus, “Murid-murid” sering juga dipanggil “dua belas” dan sekali disebut “rasul” yakni sepulang dari tugas mereka di wilayah Galilea (Mark 6:30). Dengan demikian bagi Markus, istilah “dua belas” sama asrtinya dengan “murid-murid” atau juga “para rasul”.
[8]               Robyn Whitaker, “Rebuke or Recall? Rethinking the Role of Peter in Mark’s Gospel” University of Chicago Divinity School” 666.
[9]              
[10]             Menururt Martin Hengel, selain bagiaan yang pertama yakni pemanggilan para Murid di mana di dalamnya yang disebut pertama adalah Petrus, pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias yang terletak di tengah-tengah Injil, kemudian pertiwa trnsfigurasi dan yang terakhir di taman Getsemani di mana dia menyangkal tidak mengenal Yesus.

Komentar

Postingan Populer